Memperpanjang SIM C di Potianak dengan KTP Bekasi

Selama masa pandemi covid 19 dari tahun 2020 s/d 2022, aku terperangkap di kampung halamanku sendiri, yaitu di Pontianak. Selang tiga tahun itu aku hanya istiharat dari keseharianku selama ini. Haripun berganti, waktupun berlalu, aku iseng memeriksa SIM yang kumiliki, baik SIM A maupun SIM C. Perhatiankupun tertuju pada masa berlaku SIM C, yang akan habis di tahun 2023. Aku mencari info di internet, tentang memperpanjang SIM untuk KTP yang berasal dari luar daerah. Jawaban yang kutemukan adalah kita dapat memperpanjang SIM di luar daerah.

SATPAS Kota Pontianak

Setelah memeriksa dana yang ada ditabunganku, aku bertekad memperpanjang SIM di SATPAS Kota Pontianak. Pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2023, aku berangkat ke SATPAS yang berada di jalan R. E. Martadinata no 1, karena untuk KTP luar daerah, perpanjangannya harus di SATPAS, bukan SIM Keliling. Setelah sampai dilokasi, aku menuju ke loket pendaftaran yaitu loket Bank BRI. Di loket itu aku mendapat penjelasan bahwa untuk hari Jumat, pelayanan SIM hanya khusus untuk peserta wanita. Untuk pria di hari lain, kecuali hari minggu, yang sudah pasti mereka libur.

Diloket itu juga aku dapat penjelasan tentang syarat yang harus dilengkapi untuk perpanjangan SIM. Adapun syarat tambahan yaitu :

  1. Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas terdekat,
  2. hasil test Psikologi,
  3. fotocopy KTP 1 lembar,
  4. SIM C yang masih berlaku.

Sebab jika masa berlaku SIM sudah habis, maka statusnya membuat SIM Baru. Dan besok disuruh datang lagi untu mengurus perpanjangna SIM, setelah kedua syarat tadi terpenuhi.

Surat Keterangan Psikologi

Beda dengan pengalamanku perpanjang SIM di Bekasi yang lokasi tes kesehatan berada tak jauh dan berdampingan dengan SATPAS Bekasi, disini tempat tes kesehatan dan psikologi terpisah dari SATPAS. Dan lokasi tes psikologi berada tak jauh dari SMA negeri 2 Pontianak. Untuk biaya tes psikologi di sini tergolong cukup mahal, seharga Rp. 150.000,-. Setelah mendapatkan surat keterangan lulus test psikologi, aku lanjut ke puskesmas yang dekat dengan tempat aku tinggal. Sesampainya di puskesmas, diloket pendaftaran aku dijelaskan harus melampirkan pas foto ukuran 3×4 sebanyak 1 lembar. Duh,… masalah baru. Terpaksalah aku balik ke tempat tinggalku, lalu kubuka laptop untuk mencari foto diri yang bisa dicetak. Akhirnya dapat foto ditahun 2017. Aku bergegas ke tempat fotocopy untuk cetak pas foto. Aku harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp. 10.000,- untuk cetak 6 lembar foto. Selesai cetak foto lanjut balik lagi ke puskesmas untuk menyerahkan pas foto tersebut, tak lama kemudian surat keterangan sehat dari dokter untuk perpanjang SIM C selesai.

Surat Keterangan Sehat dari Dokter

Curhat : baru kali ini aku sibuk bolak-balik urus surat keterangan psikologi dan sehat dari dokter, selama aku perpanjang SIM di Bekasi maupun di Jakarta, aku tak pernah seribet ini. Tapi tak apa, karena akan menjadi sebuah cerita di masa yang akan datang.

Kesokan harinya, Sabtu tanggal 14 Januari 2023, dengan vespa tua peninggalan Bapakku, aku berangkat dari rumah pukul 07:45 menuju SATPAS Kota Pontianak. Sesampainya disana aku lihat perkiran motor sudah penuh, yang artinya sudah banyak orang yang akan membuat ataupun perpanjang SIM pada dari ini. Di luar pagar SATPAS, banyak mobil yang terparkir di halaman ruko seberang jalan, yang kuyakin pemiliknya juga mau membuat ataupun perpanjang SIM juga. Aku langsung menuju loket pendaftaran BRI, disana aku mendapat formulir pembuatan SIM, dan tanda bukti membayar biaya pembuatan SIM seharga Rp. 75.000,-. Dari loket BRI, aku beranjak ke ruanagn dalam, mencari meja untuk mengisi formulir tadi.  Selesai mengisi formulir, berkas aku serahkan ke loket 1, untuk diinput data. Dan akupun duduk di kursi yang telah disediakan, sambil menunggu panggilan antrian.

SIM C yang sudah jadi

Selang lebih kurang 20 menitan, namaku dipanggil. Sesampai di loket aku diberi selembar berkas, dan disuruh menuju lokasi foto SIM yang berada di bangunan belakang. Di samping loket tadi ada juga tempat foto SIM, tapi itu untuk pembuatan SIM baru. Setelah menyerahkan berkas di bagian foto SIM, aku menunggu antrian lagi, tapi tidak lama, karena peserta perpanjangan SIM tidak seramai pembuatan SIM baru. Selesai proses foto SIM, aku keluar ruangan dan menunggu lagi SIM ku dicetak. Dan tidak lama juga SIM C milikku selesai di cetak. Setelah aku mengisi daftar ambil SIM, baru SIM  milikku kuterima. Yey, SIM baruku telah jadi.

Usai terima SIM baru, aku cukup heran dengan perubahan model SIM yang sekarang, lebih simpel, warnanya terang menyala,  tapi sayang kurang lengkap data alamatnya,  tidak ada tanggal dikeluarkan, tapi hanya tanggal masa berlaku sesuai dengan tanggal kita membuat SIM tersebut. Setelah selesai semua urusan, SIM kumasukkan ke dalam dompet, lalu kembali ke parkiran motor, menstarter vespa yang kupakai, dan pulang ke rumah. Itulah sedikit pengalamanku memperpanjang SIM C di Kota Pontianak, dengan menggunakan menggunakan KTP Bekasi. Semoga cerita pengalamanku ini dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan bagi orang lain yang membaca blog ini.

Pontianak, 15 Januari 2023.

Romantisme K.M. Lawit

Siapa yg tidak tahu dengan kapal milik Pelayaran Nasional Indonesia bernama KM Lawit. Kapal yang awal perjalanannya di lautan Indoneaia dimulai kurang lebih tahun 1995, dengan menyinggahi berbagai pelabuhan di Indonesia, termasuk juga pelabuhan tempat kelahiranku yaitu Pelabuhan Pontianak, yg sekarang bernama Pelabuhan Dwikora. Kini aku mencoba mengenang kembali bagaimana melakukan perjalanan dengan berada di dalam kabin kapal yang sedang berlayar. Waktu yang aku pilih untuk melakukannya saat menjelang tutup tahun 2019 ini. Sebaiknya aku tidak perlu banyak berkata dan langsung saja aku cerita perjalananku dari ibukota Jakarta menuju Pontianak, yang juga sebagai pelepas rindu pada kampong halaman.

Dari awal bulan Desember 2019 aku mulai browsing tentang jadwal kapal pelni yang berangkat secara langsung dari Jakarta ke Pontianak. Jadwal pertama aku dapat tanggal 6 Desember 2019. Jika ditanggal ini aku berangkat, kemungkinan aku tidak bisa menikmati tahun baru di kampungku, walaupun sebenarnya aku juga tidak perduli atas pergantian tahun ini, karena membuatku merasa bertambah tua, padahal memang iya, he..he Kemudian di pertengahan bulan Desember aku cari lagi jadwal yang ada, ternyata aku mendapatkan jadwal tanggal 28 Desember 2019, dan ini membuatku bersemangat untuk pulang kampong. Sebenarnya aku bisa saja menggunakan pesawat terbang, namun berhubung harga tiket pesawat masih menjulang tinggi, jadi aku putuskan menggunakan kapal laut saja, yang notabene lebih santai perjalanannya.

Pada hari keberangkatan, aku mulai perjalanan ini dari kota bekasi, dengan menaiki kereta commuter aku pesan tiket jurusan Tanjung Priok. Dari sekian banyak kereta yang ada, semua jurusan melalui stasiun Manggarai, sedangkan aku memilih untuk melalui Stasiun Senen yang dapat mempersingkat waktu perjalananku. Jika aku ambil jalur manggarai maka akan banyak waktu tersita, karena di stasiun manggarai sangat padat kondisinya, ini dikarenakan stasiun manggarai berfungsi sebagai stasiun transit dari berbagai jurusan. Aku menunggu kereta yang awal keberangkatannya dari stasiun cikarang, yang membawaku dari stasiun bekasi pada pukul 06:37, dan sampai di staiun kota atau dikenal juga sebagai stasiun beos pada pukul 07:40. Dari stasiun kota aku pindah kereta dengan tujuan tanjung priok, dan menempuh perjalanan selama 20 menit.

Keluar dari stasiun tangjung priok sekitar pukul 08:40, aku mampir ke rumah makan pada yang berada tak jauh dari stasiun, sesampainya aku di rumah makan itu aku bertanya pada penjaganya.
Mas, nasi dan lauk ini jika dicampur bisa bertahan berapa lama ?, tanyaku
Mau dimakan jam berapa ?, penjaganya bertanya balik
kemungkinan jam satu atau jam duaan, jawabku
“Kalo jam segitu baiknya dipisah, katanya lagi.
Lalu penjaga warung makan itu dengan sigap menyiapkan pesananku dalam beberapa bungkus plastik, yang memisahkan antara nasi, sayur dan lauknya. Ini dilakukan untuk menhjaga agar nasi tersebut tidak basi selama beberapa jam kedepan.

Selesai membeli nasi buat mengisi perut di atas kapal, aku melanjutkan perjalanan menuju terminal penumpang di dalam pelabuhan tanjung priok. Sebenarnya aku bisa menyewa opang yang ada atau pun memesan ojol untuk menuju ke terminal itu, namun aku lebih memilih jalan kaki, karena menurut pengalamanku jarak dari terminal bis tanjung priok dan terminal penumpang kapal tidaklah terlalu jauh. Dan perjalanan itu aku tempuh dalam waktu 20 menit, dikarenakan teramat santai aku melangkah, ditambah barang bawaanku yang sebenarnya tak terlalu banyak, namun beratnya cukup merepotkanku, hingga perlu beberapa kali istirahat.

Sesampainya di terminal ada hal baru yang aku temui, yaitu penukaran struk pembelian tiket dengan tiket penumpang yang dilakukan langsung di terminal tersebut. Sebenarnya hal ini sudah kuketahui ketika hendak menukar struk pembelian di kantor pelni yang ada di jalan gajah mada. Penukaran struk di lokasi keberangkatan ini sudah mengikuti trend pesawat maupun kereta api, dan ini sebuah kemajuan menurutku. Selesai cetak tiket di mesin ticketing, aku lanjut masuk ke terminal, melewati pemeriksan bagasi, validasi tiket, baru kemudian naik ke kapal yang sudah menunggu. Di ujung depan kapal tertera tulisan K.M. Lawit, yang menandakan nama kapal tersebut.

Ketika diatas kapal aku mengalami kebingungan dalam mencari kabinku, bahkan sempat diusir oleh serombongan penumpang yang naik belakangan, dan merasa tempatnya aku tempati. Aku putuskan menuju loket informasi untuk menanyakan dimana keberadaan kabinku sesuai dengan nomor di tiket. Kemudian dipandu petugas kapal menuju kabin yang ternyata dulunya digunakan sebagai kabin kelas ekonomi atau kabin kelas II, berupa sebuah kamar yang hanya ditempati oleh 4 orang saja. Sambil menunggu keberangkatan kapal, aku hanya tiduran di atas kasur. Tak lama kemudian seorang petugas kapal membawa 3 orang penumpang yang lain untuk masuk ke kamar, sesuai petunjuk nomor kabin yang tertera di tiket mereka. Singkat cerita kami berempat berkenalan dan bercanda selama perjalanan. Dari kondisi pembagian makanan juga mengalami kemajuan yang sangat bagus daripada situasi dulu.

Ada banyak hal yang aku rasakan selama di kapal Lawit ini, yaitu kapalnya terlihat lebih bersih dari ketika dulu aku berlayar dengan kapal ini. Dari sisi kamar mandi dan toilet juga dangat berbeda bentuknya dari model yang dahulu, juga lebih bersih saat sekarang. Untuk kasur juga sudah bagus, walau ada beberapa yang sobek lapisannya namun kali ini semua kasur ditempatkan pada kabin yang tersedia. Dan yang membedakan kali ini adalah berubahnya komposisi kelas dalam palayanan selama ini. Yang awalnya t Lainnya

Sensasi Mudik

Bagi sebagian orang, mudik adalah hari rayanya hari raya yang diritualkan. Biasanya terjadi saat menjelang Idul Fitri, ataupun hari raya lain. Saat mudik lebaran merupakan suatu perjuangan yang dahsyat untuk dapat bertemu sanak family di kampung ataupun kota halaman. Dimana kerinduan yang terbit di hati selalu meronta ingin ditumpahkan terutama kenangan yang telah terpatri di jiwa. Bersaing dengan ramenya manusia lain untuk mendapatkan tiket pulang kampung, bembuat hati serasa di medan jihad memperjuangkan sesuatu yang bersifat harus dan tidak boleh gagal. Ha…ha…ha… Lebay juga ya kiasannya.

Perjuangan untuk mudik itu sendiri bisa dibilang biasanya bermula dari pengajuan libur lebaran lebih awal kepada kantor tempat bekerja, sayang hal ini sering terkendala oleh pengeluaran THR, jadi suka ga suka harus tetap ikut aturan libur kantor. Perjuangan berijutnya mengawasi jadwal transportasi umum yang ada baik itu kapal terbang, kereta, bus maupun kapal laut, ini berhubungan dengan peristiwa selanjutnya yaitu mencari tambahan sangu untuk antisipasi lonjakan harga tiket. Pada tahap berikutnya rebutan kursi penumpang, ini sering dilakukan ketika belum ditertibkannya aturan keselamatan penumpang, hingga sering terjadi masalah, ada yang pingsan karena kekurangan oksigen dalam berdesakan dengan penumpang lain, bahkan tak jarang ada yang meninggal dengam banyak faktor penyebabnya. Sayangnya semua hal itu tak berpengaruh banyak bagi pemilik kendaraan mobil pribadi, walau mereka ada hitungan berbeda.

Bagi yang kota atau kampung asalnya berada di luar pulau, alternatifnya hanya dua, kapal udara atau kapal laut. Pilihan ini tergantung pada situasi, kondisi dan toleransi dari keperluan mudik. Jika mau butu-buru harus memakai kapal udara dengan persiapan

Lainnya

Kenapa Maiyah ?

Hentakan langkahku terasa santai diiringi lagu2 ringan terdengar melalui earphone di telinga. Motor telah terparkir dengan aman di tempatnya meredam khawatir-ku akan kuda besi itu. Di tempat yang dituju, kulepas sendal, dan duduk di antara beberapa orang. Dalam benakku berfikir, “ngapain aku nongkrong di sini, duduk diatas conblock beralaskan terpal sampai pukul tiga dini hari. Dan apa yang aku dapat dari kelakuanku malam ini”. Itulah kalimat yg terlintas di kepala saat pertama kali hadiri maiyahan di Kenduri Cinta. Dan maiyah diibaratkan sebagai suatu ruang yang sangat luas dengan banyak pintu masuk, di dalamnya bertebaran pengetahuan tentang kehidupan, maka banyak ilmu yang bisa petik sebagai bekal dalam menjalani hidup, terutama di kota Jakarta yang masyarakatnya sangat heterogen.

Ada banyak hal yang sepertinya menjadi ritual tidak wajib apalagi sunah, sebelum bermaiyah. Tapi cukup beberapa saja yang diuraikan, karena ini menurut saya, buat anda silahkan cari cara sendiri ya.

Meniadakan Diri

Bermaiyah dibutuhkan kesabaran dan kesadaran untuk mencerna apa yang diuraikan. Terutama dalam hal membaca apa yang yang tak terbaca dan melihat yang tak terlihat. Namun itu bisa teramat sulit dengan kondisi keberadaan dan pengetahuan yang dimiliki masa kini. Apa yang kita ketahui selama ini sangat mungkin bertentangan dengan yang didapat di maiyah, kalaupun dipaksakan akan membuat hati galau, bimbang, bahkan bisa stress karena tak bisa memisahkan hal yang primer dan sekunder. Jika diri kita diibaratkan

Lainnya

Perpanjang SIM A Umum di Satpas Daan Mogot

Assalamu ‘alaikum, kali ini aku mau berbagi cerita lagi tentang perpanjangan sim di Satuan Penyelenggara Administrasi Surat Izin Mengemudi atau disingkat Satpas SIM, yang berada di jalan Daan Mogot. Pada beberapa hari lalu aku berangkat dari kos sekitar pukul 11:15, dan tiba di satpas sim pukul 12:10. Waktu yang agak lama, sebab info dari google map hanya berkisat 16 km, namun dikarenakan kondisi jalan lumayan rame tapi ga macet dan motor kupacu dengan santai, jadi nyampe saat petugasnya istirahat siang, alhasil harus menunggu sampai pukul 13:00.

Selagi menunggu waktu istirahat usai, aku coba ingat kembali ketika pertama kali membuat atau lebih tepatnya kenaikan golongan sim A, dari polos jadi umum. Pembuatan awal rada ribet, karena harus lalui proses mutasi data dari sim bekasi ke jakarta, dan biaya yang dikeluarkan menjadi 2 kali lipat dari harga pembuatan sim baru. Alasanku naik golongan sim waktu itu adalah akibat krisis moneter berefek pada kantor tempat ku kerja dan imbas pengurangan karyawan membuatku coba menjadi supir taxi. Namun karena sim A masih polos dan syarat wajib adalah sim A umum, aku tidak diterima. Akupun langsung berinisiatif naik golongan. Tapi setelah sim A umum jadi, aku diterima kerja di kantor temanku, dan impian jadi supir taxipun perlahan pupus dari pikiran.

Dalam masa kerja, aku sempat lupa perpanjang sim yang pada waktu itu sudah kadaluarsa sekitar 4 bulan, namun aku tetap dinyatakan harus bikin baru, padahal menurut aturan yang kubaca maksimal 1 tahun telat masih bisa proses perpanjang, tapi pada prakteknya aku tetap dikategorikan sebagai pemohon sim baru……nasib…. Rela ga rela aku ikuti tiap detail prosesnya, dari ujian teori sampe ujian praktek. Saat ujian praktek, didalam mobil aku ditanya oleh petugas penguji “ada yang bantu ?” Aku jawab “ga ada.”. Dia

Lainnya

Previous Older Entries

Simpanan